Kamis, 04 November 2010

Pendidikan Pemakai ( WC )


Selalu saja ada cerita menarik dan joke yang segar dari Pak Anis Hafidzahullah setiap beliau mengajar mata kuliah Library Instruction pada hari Rabu.

             Rasa sedikit kesal akibat hanya presentasi sendirian karena polah kakak tingkat yang  tidak bertanggung jawab atas beban tugas yang ada, seluruhnya dilimpahkan  padaku. Dari nerjemahin sampai ngedit cuman sendirian, sampai-sampai waktu presentasi-pun hanya sendiri, minimal mereka pada setor muka kek gitu pas presentasi, hela malah pada nggak datang. Piye tho?! 


            Namun segera sirna dan lega jika presentasi sudah selesai. Biasanya akan ada pertanyaan terkait materi yang disampaikan. Kali ini Mas Sigit bertanya tentang ; “Menurut anda orientasi perpustakaan jenis apa yang akan diterapkan pada anak-anak usia esde?” , dan jawaban-pun kusampaikan berikut beberapa tambahan dari para audiens yang lain.
            “Ya…, semuanya benar..”, demikian Pak Anis menutup jawaban kami semua dengan penjelasan dari beliau.
            “Memang beberapa macam orientasi perpustakaan itu bisa digabung dan tentunya lebih menyenangkan bagi anak-anak. Setelah menonton rekaman video tentang perpustakan, dijelaskan dengan irama dongeng, saya kira mereka juga perlu ya dibawa melihat-lihat perpustakaannya langsung. Ya bahkan dalam hal penggunaan WC di sekolah-pun mereka boleh juga diajari, kalau mau buang air disiram, setelah selesai disiram lagi, ya ini karena ternyata mahasiswa sendiri banyak yang tidak bisa menggunakan WC secara benar. Saya kadang-kadang aduhh…, masuk WC mahasiswa itu aromanya udah nggak mengenakkan, bahkan ketika mau buang air saja di klosetnya masih ada yang belum disiram, jadi bagaimana ya? Rasanya kok nggak enak banget gitu…”

            Penjelasan beliau disambut gelak tawa dan senyam-senyum beberapa mahasiswa, entah karena memang lucu atau merasa tersindir sampai masuk hati yang paling dalam, di lubuk hati… kwkwk…

            Memang Pak Anis benar, fakta dilapangan seratus persen demikian. Jangankan didalam toiletnya, di tempat cuci muka itu terkadang juga dipenuhi rambut-rambut aneh, entah siapa yang buka Barber Shop ditempat seperti itu, lha iya kalau itu rambut kepala, kalau rambut yang lainnya?!! Hiiiii... nggak keren banget khan kalau tiba-tiba diketahui bahwa ada yang nyukur bulu ketek disitu...

            Aku terkadang mendiskusikan hal-hal seperti ini bersama teman-teman, dan menurutku semuanya berpangkal pada egoisme, mentingin diri sendiri tanpa peduli orang lain sengsara atau nggak enak hati. Inilah salah kaprah penerapan ”gue gue elo elo”  di masyarakat kita. Dalam Al-Qur’an memang ada “Lana a’maaluna walakum a’maalukum” ( Bagi kami amal kami dan bagi kalian amal kalian ) atau “Lakum diinukum wa liyadiin” ( Bagi kalian agama kalian dan bagi kami agama kami ) yang semuanya sedikit banyak sama pengertiannya dengan  ”gue gue elo elo” . Tapi bedanya, dalam Al-Qur’an kalimat demikian diajarkan apabila ada orang yang melakukan amal shalih lantas dicemooh oleh orang lain karena dia dianggap salah. Example : Sule selalu membuang sampah ditempatnya sementara Parto selalu membuang sampah sekenanya. Tiba-tiba Parto ngomong ;
            “Eh le, ngapain lo capek2 buang sampah di bak sampah, sini aja kenapa?, lebih praktis!” ( mbuangnya di selokan )
            ”Ah, nggak ah, ntar bikin kotor selokan, kalau gara2 sampah yang lo buangin kalinya mampet trus banjir se RT, khan susah...”
            “Alaahhh..., sok bersih banget sih lo, udah, buang sini aja!”
Nah, disinilah letak bedanya, setelah Sule menjelaskan dampak buang sampah sembarangan disini Sule berhak ngucapin ;
            “ Ya udah, elo elo, gue gue!” ( Lana a’maaluna walakum a’maalukum )

            Lain lagi dengan salah kaprah “elo elo gue gue” . Nunung selalu tertib mengembalikan buku ke perpustakaan jika waktunya dah tiba. Tapi Aziz selalu terlambat bahkan nggak mengembalikan. Nunung bilang ;
            “Ziz, mbok ya bukunya dikembalikan tho, itu khan bukan punyamu, lagipula itu khan dibutuhkan banyak orang!”
            “Yah,,, yang minjem buku khan gue, kok elo yang sewot?!!”
            “Ya iyalah, ntar khan orang pada susah buat nyari bukunya!!!”
            Inilah salah kaprah Aziz yang pada akhirnya ngomong ;
            “Yang susah khan orang lain bukan gue, ya semau gue dong, udah udah, elo elo gue gue!!”
            Apalagi ditambahin kata ”semau gue dong” , pancen!!!

            Penjelasan Pak Anis pada rabu pagi itu memang nyata dan benar. Tampaknya makna tersirat dari penjelasannya adalah bahwa orang Indonesia mesti dididik untuk menggunakan banyak fasilitas secara benar, tapi kalaupun udah dididik terus tapi egonya ngalah-ngalahi? Gimana dong???!!!  Examplenya ya WC kampus tadi... ^_~

2 komentar:

  1. benar mas. belum ada rasa malu kalau melakukan sesuatu yang membuat orang lain tak nyaman. malah kadang bangga.

    Blogmu apik mas> keep on blogging

    Labibah
    http://serambirumahkita.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Bangga ketika berbuat nista dan selamat dari pantauan manusia, huhu... :'( , kebanyakan sih malah gitu bu, dianggap suatu kehebatan ya...
    Thanks mak, keep on blogging!!! ^_^

    BalasHapus